Keinginan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merebut kembali kendali atas Terusan Panama dari negara Panama membawa dampak serius bagi ekspor Indonesia, khususnya tekstil dan karet. Sahara, seorang peneliti dari Core Indonesia, mengungkapkan bahwa jika terjadi konflik di Terusan Panama, distribusi komoditas dari Indonesia ke AS akan terganggu.

Sebagian besar pengiriman komoditas Indonesia ke AS melalui jalur tersebut, sehingga ketegangan yang muncul dapat menghambat arus perdagangan global, termasuk negara-negara lain yang bergantung pada Terusan Panama. Selain itu, konflik ini diperkirakan akan meningkatkan biaya logistik akibat perubahan jalur pengiriman yang lebih panjang dan rumit.

Sahara menjelaskan bahwa kapal-kapal mungkin memilih untuk menghindari jalur tersebut jika situasi memanas, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya pengiriman secara signifikan. "Kalau harus memutar, biaya logistik pasti naik," jelasnya.

Rencana Trump mengambil alih Terusan Panama disampaikan dalam pidato perdananya sebagai Presiden ke-47 AS pada Senin (20/1/2025). Trump menuduh Panama melanggar sejumlah perjanjian dengan AS terkait pengelolaan terusan, termasuk memberlakukan tarif tinggi dan perlakuan yang dianggap tidak adil terhadap kapal-kapal Amerika.

Selain itu, Trump juga mengklaim bahwa jalur strategis tersebut kini dioperasikan oleh China, meski pada awalnya diberikan kepada Panama. Hal ini menjadi alasan tambahan bagi AS untuk mengancam merebut kembali terusan tersebut.

Namun, Presiden Panama Jose Raul Mulino menegaskan bahwa negaranya telah mengelola terusan tersebut dengan bertanggung jawab untuk kepentingan perdagangan dunia, termasuk AS. "Terusan Panama akan terus menjadi milik Panama," ujarnya melalui media sosial.

Konflik ini memunculkan kekhawatiran baru dalam perdagangan internasional, khususnya bagi negara-negara yang bergantung pada jalur strategis tersebut untuk pengiriman komoditas ke pasar global.