Para pelaku industri tekstil menekankan pentingnya mewujudkan “kemerdekaan sejati” di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Kemerdekaan itu tidak hanya dimaknai sebagai lepas dari tekanan global, tetapi juga dari bentuk dominasi internal yang justru melemahkan iklim usaha.

Sejumlah asosiasi yang semestinya menjadi wadah aspirasi dan mitra pemerintah dinilai kerap bergeser fungsi. Alih-alih mendorong kolaborasi dan inovasi, sebagian justru menguasai narasi publik, menyebarkan pesimisme, hingga mengedepankan agenda kelompok tertentu. Kondisi ini dikhawatirkan menekan investasi dan merugikan jutaan tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor TPT.

Padahal, kinerja industri TPT Indonesia masih menunjukkan ketahanan. Hingga kuartal I 2025, investasi baru di sektor ini mencapai Rp5,40 triliun, menyerap 1.907 tenaga kerja tambahan, dan menjaga total lapangan kerja pada angka 3,76 juta orang atau hampir 20 persen dari seluruh tenaga kerja industri manufaktur nasional. Dari sisi perdagangan luar negeri, nilai ekspor TPT tercatat USD2,99 miliar, naik 1,53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Data terbaru BKPM juga memperlihatkan tren positif. Pada kuartal II 2025, investasi baru TPT meningkat menjadi Rp10,21 triliun, tumbuh 4,35 persen (yoy), serta berkontribusi 0,95 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Industri tekstil Indonesia sedang bertransformasi, bukan runtuh. Narasi krisis yang dibesar-besarkan hanya akan menakut-nakuti investor dan merugikan bangsa sendiri,” tegas pengamat industri tekstil, Joni Tesmanto, Jumat (22/8/2025).

Pemerintah juga menekankan peran asosiasi seharusnya menjadi jembatan solusi, bukan sumber perpecahan. Semangat kemerdekaan harus dimaknai sebagai upaya melepaskan diri dari segala bentuk dominasi, baik asing maupun internal, yang berpotensi menghambat produktivitas.

Momentum kemerdekaan tahun ini menjadi pengingat bahwa masa depan industri tekstil tidak boleh dikungkung oleh kepentingan sempit. Yang dibutuhkan adalah kebersamaan, optimisme, serta komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk membangun ekosistem TPT yang sehat, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

“Kemerdekaan sejati industri tekstil hanya akan lahir dari kolaborasi, bukan dominasi. Dengan kebersamaan, Indonesia dapat menjadikan tekstil bukan sekadar industri padat karya, tetapi juga motor kemandirian ekonomi menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Waketum PB Pemuda Muslim, Supriyadi.