Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus membayangi sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia. Penurunan ini, yang mencapai level Rp16.285/US$ pada 19 Desember 2024, menjadi pelemahan terdalam sejak Oktober 2024. Situasi ini tidak hanya membebani biaya produksi tetapi juga memperparah persaingan dengan produk impor, khususnya dari China.

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda industri tekstil dan produk tekstil (TPT) kembali menjadi sorotan, terutama akibat maraknya impor ilegal. Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer, menegaskan pentingnya semua pihak bekerja sama untuk mengatasi masalah ini demi melindungi kehidupan buruh dan keberlangsungan industri.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tengah menghadapi tantangan berat. Dalam dua tahun terakhir, sebanyak 38 pabrik telah menghentikan operasinya, dan hingga September 2024, sebanyak 46.000 pekerja telah kehilangan pekerjaan. Kondisi ini diperkirakan akan semakin memburuk dengan proyeksi tambahan 30.000 pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga akhir tahun.