Pemutusan hubungan kerja (PHK) di Solo, Jawa Tengah, terus mengalami peningkatan, khususnya di sektor tekstil dan garmen. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Solo, sebanyak 127 pekerja terkena PHK selama semester pertama tahun 2024. Angka tersebut hanya mencakup pekerja yang melapor ke Disnaker, dan jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi mengingat beberapa pekerja mungkin tidak melaporkan PHK mereka.

Cotton Day 2024, yang diselenggarakan oleh Cotton Council International (CCI) di Jakarta, Indonesia, menjadi ajang penting bagi industri tekstil untuk merayakan kapas sebagai serat yang berkelanjutan dan inovatif. Pada tahun ini, acara tersebut semakin menonjol dengan keterlibatan Duniatex, salah satu produsen tekstil terbesar di Indonesia, sebagai mitra utama. Partisipasi Duniatex mencerminkan komitmen perusahaan untuk mendukung keberlanjutan dan inovasi dalam industri tekstil, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia menghadapi tekanan besar akibat membanjirnya produk impor, terutama yang bersifat ilegal. Hal ini diungkapkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yang menyatakan bahwa banjir produk impor telah menekan permintaan dalam negeri, terutama di sektor pakaian jadi.

Industri tekstil nasional sedang berada dalam masa sulit. Satu per satu pabrik tekstil di Indonesia terpaksa tutup dan bangkrut, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Hingga saat ini, lebih dari 15 ribu pekerja telah menjadi korban PHK, dengan angka mencapai sekitar 15.114 orang. Krisis ini membuat masa depan industri tekstil di Indonesia semakin suram.

PT Sri Rezeki Isman Tbk. (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, kini menghadapi krisis keuangan besar. Perusahaan ini telah melaporkan peningkatan utang yang signifikan, disertai dengan pengurangan jumlah karyawan dan restrukturisasi utang untuk tetap bertahan.