Industri tekstil nasional sedang berada dalam masa sulit. Satu per satu pabrik tekstil di Indonesia terpaksa tutup dan bangkrut, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Hingga saat ini, lebih dari 15 ribu pekerja telah menjadi korban PHK, dengan angka mencapai sekitar 15.114 orang. Krisis ini membuat masa depan industri tekstil di Indonesia semakin suram.

PT Sri Rezeki Isman Tbk. (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, kini menghadapi krisis keuangan besar. Perusahaan ini telah melaporkan peningkatan utang yang signifikan, disertai dengan pengurangan jumlah karyawan dan restrukturisasi utang untuk tetap bertahan.

Bea Cukai secara resmi melepas ekspor perdana produk tekstil berupa kemeja pria milik PT Jaya Perkasa Tekstil asal Kabupaten Sukoharjo ke Jerman, Rabu (25/9/2024). Ekspor ini melibatkan pengiriman kemeja pria sebanyak 102.476 pcs, yang dikemas dalam lima kontainer berukuran 40 feet dan satu kontainer berukuran 20 feet. Nilai devisa yang dihasilkan dari ekspor ini mencapai USD261.243,591 atau setara dengan Rp4,03 miliar.

Satuan Tugas Pengawasan Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga, atau yang lebih dikenal sebagai Satgas Impor Ilegal, akan menyelesaikan masa tugasnya pada akhir 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan bahwa kelanjutan Satgas ini akan ditentukan oleh pemerintahan mendatang di bawah presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional tengah menghadapi tantangan berat. Seiring dengan penutupan sejumlah pabrik, sektor ini semakin terpuruk akibat membanjirnya produk impor ilegal yang mendominasi pasar domestik. Salah satu contoh terbaru adalah PT Pandanarum Kenanga Textile (Panamtex) dari Pekalongan, Jawa Tengah, yang dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 12 September 2024. Kebangkrutan ini dipicu oleh tuntutan mantan pekerja yang hak-haknya belum terpenuhi. Panamtex, produsen kain sarung ekspor, tidak mampu lagi bertahan dalam situasi ekonomi yang semakin memburuk.