Industri tekstil di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, kembali menjadi sorotan setelah informasi mengenai kondisi para pengusahanya mencuat ke publik. Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, mengungkap bahwa sekitar 70 persen pelaku industri kecil dan menengah (IKM) tekstil di wilayah yang dulu dikenal sebagai sentra produksi ini telah bangkrut. Bahkan, banyak di antara mereka terpaksa menjual mesin-mesin produksi dengan hitungan kiloan karena tak mampu bertahan di tengah tekanan pasar.

Tahun 2025 menjadi periode penuh tantangan bagi industri tekstil Indonesia. Sektor yang selama ini menjadi penopang lapangan kerja terbesar di manufaktur tengah menghadapi tekanan berat akibat derasnya arus barang impor yang membanjiri pasar domestik. Penurunan permintaan, keterbatasan bahan baku, hingga gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran menjadi potret nyata dari krisis yang melanda industri ini.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya saing di tengah gempuran produk impor. Sekretaris Jenderal Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI), Rizal Tanzil Rakhman, menegaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap ketersediaan bahan baku dan kemudahan ekspansi menjadi kunci penting untuk memperkuat sektor ini.

Asosiasi Produsen Serat dan Barang Filament Indonesia (APSyFI) menilai momentum Lebaran 2026 akan menjadi titik krusial bagi kebangkitan industri tekstil nasional. Pemerintah diminta mengambil langkah konkret untuk memfasilitasi produsen lokal agar mampu menguasai pasar domestik dan menekan tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih membayangi sektor manufaktur.

Langkah ekspansi yang dilakukan PT Citra Terus Makmur (CTM) dinilai menjadi bukti nyata bahwa industri tekstil Indonesia masih memiliki daya saing kuat, bahkan mampu bersaing dengan raksasa industri seperti China. Sekretaris Jenderal Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) Rizal Tanzil Rakhman menegaskan bahwa keberhasilan CTM memperluas kapasitas produksinya mencerminkan kekuatan fundamental industri tekstil nasional yang bertumpu pada efisiensi dan kualitas.

“Ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat bisa berkompetisi, bahkan dengan China. Narasi yang menyeb