Libur panjang yang sering menjadi momen dinantikan oleh banyak orang juga membawa tantangan tersendiri bagi sektor industri, terutama bagi industri tekstil dan pariwisata. Dialog antara Bramudya Prabowo dengan Redma Gita Wirawasta dari Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) serta Maulana Yusran dari Apindo Bidang Pariwisata & Ekonomi Kreatif telah menggambarkan berbagai dampak yang terjadi pada akhir tahun 2023 serta kesiapan pengusaha menghadapi aturan libur dan cuti bersama di tahun 2024.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia telah lama menjadi tulang punggung ekonomi dengan mempekerjakan jutaan tenaga kerja. Data terbaru menunjukkan bahwa sektor ini menyerap lebih dari 3,9 juta orang dari total tenaga kerja dalam sektor manufaktur nasional. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi industri ini adalah mendapatkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri yang terus berkembang. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggarisbawahi bahwa produktivitas dan keterampilan tenaga kerja sangat memengaruhi kinerja industri TPT. Untuk mengatasi hal ini, pendidikan dan pelatihan vokasi telah diidentifikasi sebagai solusi utama guna melahirkan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) telah lama menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dengan kontribusi hampir 20% dari total tenaga kerja di sektor manufaktur, industri ini menjadi salah satu sektor yang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memahami betul bahwa keberhasilan industri ini sangat bergantung pada keterampilan dan produktivitas tenaga kerjanya. Pentingnya SDM industri yang kompeten memunculkan langkah strategis dari Kemenperin. Melalui program pendidikan vokasi yang dijalankan dengan berbagai lembaga, termasuk Politeknik STTT Bandung, Kemenperin memastikan terciptanya SDM yang