Industri tekstil nasional mulai menunjukkan perbaikan pada tahun 2025, seiring dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal I dan II yang tercatat di atas 4 persen. Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menyatakan capaian tersebut merupakan hasil evaluasi kebijakan bertahap setelah sebelumnya industri menghadapi tekanan akibat faktor makroekonomi dan derasnya arus impor, khususnya pakaian jadi.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam memberantas praktik impor ilegal yang kian marak. Menurut Ketua Umum API Jemmy Kartiwa, praktik ini menjadi hambatan terbesar dalam pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan lonjakan ekspor hingga 50% dalam tiga tahun mendatang seiring diberlakukannya perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia–Uni Eropa atau Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU–CEPA). Kesepakatan ini diyakini akan memberikan dampak besar terutama bagi sektor tekstil, alas kaki, perikanan, hingga kelapa sawit yang menjadi andalan ekspor nasional.

Majelis Rayon Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) melontarkan tudingan serius terkait keterlibatan sejumlah pejabat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam jaringan mafia impor tekstil. Dugaan ini dinilai sebagai salah satu penyebab melemahnya industri tekstil dalam negeri yang terus tergerus oleh produk impor murah.

Kalangan pertekstilan nasional menyambut positif peryataan Menteri Purbaya terkait pemberantasan penyelundupan dan barang-barang illegal. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonssia (APSyFI), Redma Gita Wirawata menyatakan bahwa agenda ini telah menjadi usulan yang di dorong seluruh kalangan pertekstilan nasional dalam 3 tahun terakhir.