Industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia mengalami tekanan yang signifikan, dengan data terbaru dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan kontraksi sebesar 0,03 persen secara tahunan (year-on-year). Penurunan ini menjadi sinyal yang mengkhawatirkan bagi sektor industri yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia saat ini tengah menghadapi masa sulit. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa sektor ini mengalami tekanan berat, salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan produk lokal bersaing dengan produk-produk impor. Dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta edisi Agustus 2024 di Jakarta, Sri Mulyani menyampaikan bahwa pada kuartal II-2024, pertumbuhan sektor TPT berada pada titik nol persen, mencerminkan stagnasi yang mengkhawatirkan.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendesak pemerintah untuk segera memberlakukan bea masuk antidumping (BMAD) untuk produk tekstil hilir atau pakaian jadi. Desakan ini muncul sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyoroti kontraksi pada Purchasing Manager's Index (PMI) sektor manufaktur yang mencapai level 49,3 pada Juli 2024. Kontraksi tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan dan produksi.