Para pelaku industri tekstil di Jawa Barat menghadapi masa yang sangat sulit, dipicu oleh membanjirnya produk tekstil impor di pasar domestik yang dijual di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP), serta minimnya permintaan ekspor. PT Sipatex, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Majalaya, Kabupaten Bandung, merasakan dampaknya secara langsung. David Leonardi, Direktur Operasional PT Sipatex, menyatakan bahwa kondisi saat ini adalah yang terparah yang pernah dialaminya dalam industri tekstil.

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai terus mengintensifkan penindakan terhadap aktivitas penyelundupan barang ilegal, khususnya tekstil dan produk tekstil (TPT). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa sepanjang 2024, pihaknya telah berhasil menindak kasus penyelundupan dengan nilai mencapai Rp 6,1 triliun. Mayoritas barang yang diselundupkan adalah produk tekstil yang masuk secara ilegal melalui jalur impor.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah menyatakan bahwa industri tekstil Indonesia perlu beradaptasi dengan teknologi baru dan mengadopsi pendekatan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan daya saing di pasar ekspor global. Hingga akhir 2023, tekstil tetap menjadi komoditas ekspor terbesar kedua Indonesia setelah minyak dan gas, dengan nilai ekspor mencapai 14,6 miliar dolar AS dan menyerap sekitar 4 juta tenaga kerja. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua API Jawa Tengah, Liliek Setiawan, pada Workshop Italian Textile Technology Indonesia di Solo, Senin (12/11/2024).