Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menegaskan pentingnya diplomasi perdagangan yang proaktif sebagai respons terhadap kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Menurutnya, langkah ini sangat krusial agar industri dalam negeri tidak semakin terpuruk akibat tekanan dari kebijakan proteksionisme tersebut.
Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi pukulan berat bagi industri tekstil Indonesia. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menyampaikan kekhawatiran bahwa para investor asing akan memilih hengkang dari Indonesia dan memindahkan produksinya ke negara-negara seperti Bangladesh, India, atau Sri Lanka yang tidak terdampak tarif tinggi dari AS.
Penerapan tarif impor baru oleh Amerika Serikat berpotensi membuat Indonesia kebanjiran produk tekstil dari berbagai negara. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi sasaran utama bagi negara-negara yang mengalami kelebihan produksi akibat terhambatnya ekspor ke Amerika.
Di tengah ancaman kebijakan tarif balasan dari Amerika Serikat (AS), pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia justru mendorong pemerintah untuk membuka lebih banyak impor kapas dari AS. Langkah ini dianggap sebagai strategi mempertahankan daya saing ekspor ke AS sekaligus memperkuat industri tekstil nasional dari hulu ke hilir.
Center Economics and Law Studies (Celios) mengungkapkan bahwa sejumlah sektor industri di Indonesia akan terdampak oleh kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS). Presiden AS, Donald Trump, menargetkan tarif impor terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, yang merupakan salah satu mitra dagangnya.
Page 89 of 255